KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, Maret 2022
Penulis
BUDAYA
ORGANISASI
A.
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI MENURUT PARA AHLI
1.
Definisi dan Contohnya
a. Pengertian Budaya Organisasi
Manusia
adalah makhluk yang berbudaya, setiap aktifitasnya mencerminkan sistem
kebudayaan yang berintegrasi dengan dirinya, baik cara berpikir, memandang
sebuah permasalahan. Pengambilan keputusan dan lain sebagainya.
b. Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
Kata
budaya (Culture) sebagai suatu konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu
Antropologi ; yang oleh Killman . et. Al (dalam Nimran, 2004 : 134) diartikan
sebagai Falsafah, ideologi, nila-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan
norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat.
Kini
konsep tersebut telah pula mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku
organisasi, dan menjadi bahasan yang penting dalam literatur ilmiah dikedua
bidang itu dengan memakai istilah budaya organisasi
Menurut
Robbins (1999 : 282) semua organsasi mempuyai budaya yang tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan baik
maupun tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan beberapa bulan,
kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya
organiasi mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya.
Gibson
(1997 : 372) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai sistem yang menembus
nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur
organisasi dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat
nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut.
Dalam
mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan budaya dalam sebuah
organisasi, dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang
tersembunyi. Schein (dalam Mohyi 1996: 85) mengklasifikasikan budaya organisasi
dalam tiga kelas, antara lain:
1.
Artefak
Artefak merupakan
aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik dalam
manifestasi nyata dari budaya organisasi
2.
Nilai-nilai yang mendukung
Nilai adalah dasar
titik berangka evaluasi yag dipergunakan anggota organisasi untuk menilai
organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yag ada dalam organisasi
3.
Asumsi dasar
Adalah keyakinan yang
dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain dan
hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat organisasi mereka
Sementara
Lundberg (dalam Mohyi, 1999:196)dalam studinya yang melanjutkan penelitian
(pendapat) Schein dan menjadikan tingkatan budaya organisasi sebagai topik
utama mengklasifikasikan budaya organisasi dalam empat kelas, yaitu
1)
Artefak
Artefak
merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik
dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi
2)
Perspektif
Perspektif
adalah aturan-aturan dan norma yag dapat diaplikasikan dalam konteks tertentu,
misalnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, cara anggota
organisasi mendefinisikan situasi-siatuasi yang muncul. Biasanya anggota
menyadari perspektif ini.
3)
Nilai
Nilai ini lebih
abstrak dibanding perspektif, walaupun sering diungkap dalam filsafat
organisasi dalam menjalankan misinya
4)
Asumsi
Asumsi ini seringkali
tidak disadari lebih dalam dari artefak, perspektif dan nilai.
Fungsi budaya
pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya
organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Menurut Ndraha (1997 : 21)
ada beberapa fungsi budaya, yaitu:
1.
Sebagai identitas dan
citra suatu masyarakat
2.
Sebagai pengikat suatu
masyarakat
3.
Sebagai sumber
4.
Sebagai kekuatan
penggerak
5.
Sebagai kemampuan untuk
membentuk nilai tambah
6.
Sebagai pola perilaku
7.
Sebagai warisan
8.
Sebagai pengganti
formalisasi
9.
Sebagai mekanisme
adaptasi terhadap perubahan
10. Sebagai
proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation
– state
Sedangkan
menurut Robbins (1999:294) fungsi budaya didalam sebuah organisasi adalah :
1.
Budaya mempunyai suatu
peran menetapkan tapal batas
2.
Budaya berarti
identitas bagi suatu anggota organisasi
3.
Budaya mempermudah
timbulnya komitmen
4.
Budaya meningkatkan kemantapan
sistem sosial.
e.
Membangun dan Membina
Budaya Organisasi
Kebiasaan
pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan
kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat
keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita kepada
sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya
Para
pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam
pembentukan budaya awal organisasi, karena para pendiri tersebut adalah
orang-orang yang mempunyai ide awal, mereka juga biasanya mempunyai bias
tentang bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Menurut Robbins (1999: 296)
Budaya organisasi merupakan hasil dari interaksi antara
1.
Bias dan asumsi
pendirinya
2.
Apa yang telah dipelajari
oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekerjakan
oleh pendiri
Tahapan-tahapan
pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut : (Nimran,
2004: 137)
1.
seseorang (biasanya
pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru
2.
pendiri membawa
orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti
yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri
3.
kelompok inti memulai
serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan
jenis dan tempat usaha dan lain sebagainya
4.
orang-orang lain dibawa
kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok
inti, memulai sebuah sejarah bersama
Begitu juga
Nimran (2004: 138) menulis bahwa pembinaan budaya
organisasi dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi berikut :
1.
seleksi pegawai yang
obyektif
2.
penempatan orang dalam
pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya (the right man on the
place)
3.
perolehan dan
peningkatan kemahiran melalui pengalaman
4.
pengukuran prestasi dan
pemberian imbalan yang sesuai
5.
penghayatan akan
nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting
6.
cerita-cerita dan
faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggaan
7.
pengakuan dan promosi
bagi karyawan yang berprestas
http://www.sarjanaku.com/2012/07/pengertian-budaya-organisasi-definisi.html
2. BUDAYA
ORGANISASI
Terdapat
beberapa elemen budaya organisasi. Budaya organisasi yang dibentuk dari
faktor-faktor yang terkandung di dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh
beberapa elemen kunci yang cukup dominan.
Adapun
elemen-elemen budaya organisasi/perusahaan menurut Deal dan Kennedy yang
dikutip oleh Moh. Pabundu Tika (2006 ) adalah sebagai berikut:
a.
Lingkungan Usaha
Kelangsungan
hidup organisasi di tentukan oleh kemampuan perusahaan memberi tanggapan yang
tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan
unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa
berhasil. Lingkungan usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang
dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan
lain-lain. Sehubungan dengan itu, perusahaan harus melakukan tindakan-tindakan
untuk mengatasi lingkungan tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan,
penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam mengahadapi realitas pasar yang
berbeda dengan lingkungan usahanya.
b.
Nilai-nilai
Elemen nilai
merupakan konsep dasar dan kepercayaan dari suatu organisasi. Nilai-nilai
tersebut menitik beratkan kepada suatu keyakinan untuk mencapai kesuksesan.
Nilai-nilai atau keyakinan agar dapat mendorong karyawan untuk mencapai kinerja
yang baik, hendaknya harus disampaikan secara terbuka oleh para manajer kepada
seluruh lapisan sumber daya manusia (SDM) yang ada, hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
c.
Pahlawan
Pahlawan
adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam
kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer,
kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai
organisasi, mereka bisa menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat mencari
petunjuk bila terjadi kesulitan atau masalah dalam organisasi.
d.
Ritual
Kegiatan
upacara di suatu perusahaan pada umumnya bentuk penghargaan terhadap kinerja
sumber daya manusianya atau dapat berupa laporan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan seringnya
frekuensi kegiatan tersebut di perusahaan diharapkan akan menciptakan budaya
secara tidak sadar.
e.
Jaringan Budaya
Elemen ini secara informal dapat
dikatakan sebagai jaringan komunikasi di dalam perusahaan, dapat dijadikan
sebagai pembawa atau penyebaran nilai-nilai budaya perusahaan. Elemen ini
merupakan hierarki dari kekuatan yang tersembunyi di dalam organisasi, oleh
karena itulah efektivitas jaringan ini hanya sebagai cara untuk mendapatkan
informasi tentang apa yang terjadi di perusahaan, dapat dikatakan juga bentuk
jaringan kultural adalah informal.
DAFTAR PUSTAKA
DR. Achmad S. Ruky, (2001) "Sistem Manajemen Kinerja"
PT Gramedia, Jakarta.
World Health Organization (2000) "Design and
Implementation of Health
Information System", Genewa.
Jacqueline M.Katz and Eleanor Green (1997),
"Managing Quality, A Guide to System Wide Performance Management
in Health Care", Mosby Year Book.
The Agha Khan Foundation USA (1993), The PHC MAP
Series of Module" Monitoring and Evaluating Programs".
WHO dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI "Petunjuk Pelaksanaan Mutu Pelayanan Rumah sakit“, Jakarta
1998
http://www.psychologymania.com/2013/01/indikator-budaya-organisasi.html
0 Komentar