Wikipedia

Hasil penelusuran

Ads by adsterra

Cari Blog Ini

Social ads

Translate

Google Tag Manager

AdSense

Pages

AdSense

Makalah Bimbingan Instruktur Klinik Pergaulan Bebas Pada Remaja

Makalah
Bimbingan Instruktur Klinik
"Pergaulan Bebas Pada Remaja"

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Instruktur Klinik tentang Pergaulan Bebas ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak pergaulan bebas. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, Agustus 2032
Penulis

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, tuntutan masyarakat akan peningkatan kesehatan yang berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan kebutuhan pelayanan asuhan dimasa yang akan datang merupakan tantangan yang harus di persiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh institusi pendidikan kesehatan (Hasan, 1997).
Tuntutan akan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas mengakibatkan institusi pendidikan yang mencetak tenaga kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas tenaga kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan. Profesionalisme tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi pendidikan kesehatan.
Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007) tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal senada yang di ungkapkan oleh Munthe (2009) pembelajaran klinik tidak hanya memberikan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dikelas sebelumnya. Selain itu, menurut Oermann (2007) pembelajaran klinik juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut (Syahreni & Waluyanti, 2007).
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di saat proses belajar mengajar di institusi kesehatan ke dalam praktik profesional. Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Sehingga baik secara teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan dengan praktik yang dilakukan secara nyata dan langsung di lahan pelayanan kesehatan.
Pada pembelajaran klinik, mahasiswa dituntut untuk mampu pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Reilly, 2002).
Seiring dengan berkembangnya pendidikan kesehatan di Indonesia khususnya di bidang kebidanan. Pendidikan kebidanan mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan lahirnya akademi-akademi kebidanan baru baik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan maupun oleh yayasan atau swasta dalam strata Diploma III.
Untuk mengetahui kebutuhan tenaga pendidik baik teori, praktik laboratorium maupun praktik klinik dibutuhkan tenaga pendidik dengan latar belakang pendidikan minimal satu jenjang diatasnya yaitu D-IV Kebidanan. Untuk dapat memberikan bimbingan secara professional maka mahasiswa D-IV Kebidanan dibekali dengan pengalaman membimbing mahasiswa D-III Kebidanan di lahan praktik baik di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, Bidan Praktik Swasta, dll. Dengan harapan nantinya bisa menerapkan ilmu dan pengalaman yang didapatkan untuk institusi masing-masing.
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah problem solving, yaitu mahasiswa mampu menganalisis potensi sekaligus kesulitan praktik mahasiswa bimbingan, kemudian menetapkan tujuan dan pemecahan masalah dalam bentuk bimbingan terintegrasi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pengelolaan pembelajaran klinik mempunyai peranan yang besar dalam menghasilkan lulusan mahasiswa kesehatan yang profesional. Selain itu peranan clinical instruktur dalam proses pembelajaran klinik juga memiliki peran penting untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang profesional dan ahli dalam bidangnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diperlukan sarana/lahan praktek pembelajaran klinik. Diharapkan dengan penerapan ilmu pembelajaran kebidanan secara nyata di rumah sakit, mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan baik knowledge, skill maupun attitude dalam memberikan bimbingan.

B.     Tujuan
1.         Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI) yang diperoleh di Institusi Pendidikan ke lahan praktik
2.         Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan klinik (CI)
3.         Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah terkait dengan proses bimbingan klinik.

C.    Manfaat
1.         Diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi mahasiswa praktikan.
2.         Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan klinik secara optimal.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Pembelajaran Klinik

1.         Pengertian
Pembelajaran klinik keperawatan adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam tatanan nyata. Sedangkan pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam melaksanankan praktek keperawatan profesional dalam tatanan nyata (Nursalam, 2008).
Pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam tatanan nyata.
Pembelajaran Klinik adalah bentuk kegiatan pendidikan/pengalaman belajar untuk menumbuhkan serta membina sikap dan keterampilan profesional keperawatan peserta didik dengan lingkuangan belajar pada tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga keperawatan profesional khususnya di lapangan (AkperPPNI, 2012).
Pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan, dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).

2.         Prinsip Pembelajaran Klinik
Upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih optimal waktu di dalam pelaksanaan bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal (Hidayat, 2000) :
a.  Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata.
b.  Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di tempat pelayanan kesehatan.
c. Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses penyembuhan pasien.
d. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik dunia kerja professional.
e. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang ditemukan.

3.         Perencanaan Pembelajaran Klinik
Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management dalam Majid (2005) dalam Satria (2010) menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun tujuan akhir dari pembelajarannya sama. Sedangkan untuk makna pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari instruction atau teaching.
Sedikit berbeda dengan Correy dalam bukunya Association for Education Communication and Technology dalam Satria (2010) mengatakan bahwa instruction merupakan bagian dari pendidikan yang merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu pula. Berasumsi pada pendapat Correy, maka untuk dapat melaksanakan pembelajaran, seorang dosen atau pengajar di lahan praktik yang sering disebut instruktur klinik berperan sebagai perancang dan pengembang model pembelajaran sekaligus sebagai pengelola atau pelaksana. Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan khusus dan hal-hal atau materi yang akan disampaikan. Selain itu instruktur klinik pun sebaiknya memahami tentang konsep perencanaan pembelajaran (Satria, 2010).
Menurut Hunt dalam Satria (2010) ada beberapa model persiapan mengajar diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model ROPES merupakan sebuah urutan tahap dari Review, Overview, Presentation, Exercise dan Sumarry. Model ini cocok diadopsi untuk pembelajaran klinik karena dimulai dari review atau pengulangan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap kedua overview yaitu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan, pada tahap ini mahasiswa melakukan tindakan keperawatan di bawah supervisi instruktur klinik. Model terakhir yaitu summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran yang telah berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak mencantumkan aspek evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary bisa dimodifikasi menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti yaitu penyampaian materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan tahap terakhir merupakan kegiatan penutup yang biasanya ditandai dengan cara membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah dipelajari.
4.         Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik
a.        Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik/Clinic Instructurea dalah perawat yang terpilih, perawat yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik selama proses pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat (Widodo, 1999)
Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi, 2004).
b.        Sasaran Bimbingan
Proses bimbingan diharapkan mempunyai sasaran yang maksimal dalam membantu individu (Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:
1)        Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri.
Melalui proses bimbingan diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengenali dirinya baik dari segi kemampuan maupun keterbatasan.
2)        Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan lingkungan dengan iklim yang kondusif sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
3)        Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dipilihnya.
4)        Pengarahan diri
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani melaksanakan keputusan yang ditetapkannya, dan berusaha mengarahkan dirinya pada kegiatan yang menguntungkan.
5)        Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri (mewujudkan diri) yang merupakan tujuan akhir dari usaha bimbingan, individu mampu mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
a.        Soft Skill
SOFTSKILL (Kemampuan NON-TEKNIS) merupakan kemampuan seseorang untuk bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Sifatnya invisible. Attribut dari softskill ini seperti : sikap baik seperti integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, kemampuan beradaptasi, pemecahan masalah dan lainnya. Softskill telah menjadi salah satu faktor yang menentukan kesuksesan karir seseorang dan dapat turut meningkatkan kinerja organisasi. Softskill juga terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah kualitas personal, yang terdiri dari : dapat bertanggung jawab, kepercayaan diri, mampu bersosialisasi, self-management (mampu mengatur diri sendiri) dan integritas/kejujuran. Yang  kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari : leadership (kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain
b.        Metode bimbingan klinik
Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2002):
1)   Metode Observasi
Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang.
Metode ini meliputi :
a)      Observasi lapangan
b)      Field trip
c)      Ronde keperawatan
d)     Metode demonstrasi
2)   Metode bedside teaching
Merupakan metode bimbingan yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik. Pelaksanaan bed-side teaching/demonstrasi:
a)        Sebelumnya diskusikan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta didik
b)        Awalnya pembimbing dapat memberikan contoh langsung pada peserta didik
c)        Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan atau tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peserta didik
Setelah selesai pembimbing bersama peserta didik mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan memberikan umpan balik.
3)      Metode nursing clinic
Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip - prinsip dan prosedur perawatan dari pasien.
4)      Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.
5)      Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care study)
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.
6)      Konferensi
Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik yang bertujuan untuk           menyelesaikan masalah (turney, dkk. 1982).
Konferensi yang dianjurkan :
a)        Konferensi awal (Pre-conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan
b)        Konferensi akhir (Post-conference)
       Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi perkembangan klien, pengalaman praktik langsung.
7)      Penugasan klinik

a)        Penempatan peserta didik pada lahan praktik

b)        Tujuan : memberikan pengalaman praktik klinik yang nyata sebagai tempat mengembangkan ketrampilan profesional

Pelaksanaan penugasan klinik :

a)         Buat kontrak yang jelas dengan peserta didik :

(1)     Lamanya waktu penugasan klinik
(2)     Objektif dan kompetensi yang harus dicapai
(3)     Metode bimbingan
(4)     Metode evaluasi

b)        Bagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan maksimal

c)         Setiap hari setiap kelompok dibimbing oleh satu orang pembimbing

8)      Diskusi kelompok
a)         Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan brainstorming
b)        Tujuan : membahas masalah-masalah  atau kebutuhan-kebutuhan yang ditemukan dalam praktik klinik setiap hari.
Pelaksanaan diskusi kelompok :
a)         Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap hari
b)        Dilakukan dalam satu kelompok praktek
c)         Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang berfungsi sebagai fasilitator
d)        Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam melakukan askep maupu isu-isu terkait
e)         Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari penyelesaan masalahnya sendiri.
9)      Metode mentoring
Peran pembimbing klinik sebagai mentor :
a)        Siap untuk mengambil peran
b)        Membagi pengetahuan ttg perawatan pasien dan berlaku sebagai positif role model
c)        Familiar dengan programstudy mentee dan melakukan dokumentasi pengkajian
d)       Mengidentifikasi kesempatan belajar sepesifik dan pengalaman belajar sebagai proses yg terencana
e)        Mengobservasi mentee melakukan ketrampilan dalam supervisi sesuai level yg sesuai
f)         Menyediakan waktu untuk refleksi, feedback, monitoring dan dokumentasi kemajuan mentee
g)        Mengkaji kompetensi dan keamanan pasien, menjaga dalam dokumentasi pengkajian
h)        Membeerikan kpd mentee feedback membangun, dengan menyarankan bagaimana meningkatkan untuk peningkatan kemajuan mentee
i)          Melaporkan setiap insiden yg tdk diinginkan atau hal penting kepada manajer senior anda dan institusi pendidikan
j)          Bekerja sama denga dosen dan staf pendidikan klinik bila diperlukan
k)        Memelihara pengetahuan profesional termasuk pertemuan “mentorship updates”
l)          Mencatat pengalaman mentoring anda sebagai bukti pengembangan profesional
m)      Ikut dalam supervisi klinik dan merfleksikan hubungan ini ke dalam peran tersebut
c.         Kriteria Pemilihan Metode
Perencanaan pengalaman belajar praktek klinik mencakup keputusan pemilihan metode yang akan digunakan yang dapat memungkinkan pencapaian tujuan belajar. Proses pemilihan metode harus sesuai dengan tujuan belajar, “Entry Behavior” dan karakteristik peserta didik, kualitas serta ketrampilan pengajar, yang behubungan dengan rasio peserta didik, pengajar, karakteristik lahan praktik serta kelemahan metode yang dipilih. Kriteria dan pemilihan metode mengajar dan pengajaran klinik harus sesuai dengan (Oermann, 1985):
1)        Tujuan pengalaman praktek klinik.
2)        Kemampuan, pengalaman, dan karakteristik peserta didik.
3)        Kemampuan pembimbing, kerangka konsep proses pembalajaran.
4)        Sumber-sumber dan keterbatasan lahan praktek.
5)        Filosofi keperawatan.
6)        Kompetensi yang ada.


B.     Strategi Pembelajaran Klinik

Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan pengajaran yang melibatkan klien secara langsung. Pembelajaran klinik ini adalah inti dari pengembangan profesional dan mengahntarkan peserta didik pada tatanan dunia nyata.Tekhnik / Strategi Pembelajaran Praktek
1.         Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang harus dicapai.
2.         Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.
3.         Pelaksanaan praktek klinik PKK1
4.         Proses belajar praktek
a)        Pre – Conference
1)      Informasi tentang pelaksananan praktek
2)      Penjajagan tentang kesiapan praktek
3)      Perencanaan praktek mahasiswa
b)        Ronde
1)      Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan / lahan praktek
2)      Problem solving masalah – masalah praktek dan kasus – kasus yang ditemukan mahasiswa
3)      Pembinaan mahasiswa dalam praktek
c)        Post – Conference
1)      Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa

C.    Evaluasi Pembimbingan Klinik
Evaluasi merupakan salah satu fungsi dalam pelaksanaan proses pembimbingan klinik di lahan praktik.
1.      Tujuan Evaluasi
a.       Memperoleh informasi kemajuan proses belajar dalam melaksanakan praktik klinik.
b.      Menentukan tingkat pencapaian tujuan praktik klinik yang telah dirumuskan institusi.
c.       Mengetahui kesulitan mahasiswa  dalam pembimbingan praktik.
d.      Memberikan nilai keterampilan kepada setiap mahasiswa.
e.       Pertanggungjawaban pembimbing klinik kepada institusi terhadap proses hasil bimbingan.
f.       Untuk memperbaiki proses pembimbingan klinik yang akan datang.


2.      Cara Evaluasi Praktik Klinik
Evaluasi praktik klinik menekankan pada pencapaian kompetensi dan kualitas pencapaian pembelajaran setelah selesai melaksanakan praktik dan evaluasi pencapaian kompetensi. Pembimbing klinik mengadakan umpan balik tentang hasil  yang telah dicapai, meminta pendapat kepada mahasiswa mengenai proses pembimbingan dan segala hal yang dihadapinya yang menyangkut faktor-faktor pendukung, faktor penghambat serta kekurangan-kekurangan yang ditemukan (Ahnan, 2007).
  
BAB III
PEMBAHASAN BIMBINGAN KLINIK  PERGAULAN BEBAS

 Bab III dan BAB IV ada dipostingan selanjutnya.
Lihat sitemap Blog


Posting Komentar

0 Komentar

by Adsterra

byAdsterra