Makalah
Bimbingan Instruktur Klinik
"Pergaulan Bebas Pada Remaja"
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Bimbingan Instruktur Klinik tentang Pergaulan Bebas ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak pergaulan bebas. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, Agustus 2032
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya
kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, tuntutan masyarakat akan peningkatan
kesehatan yang berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan kebutuhan
pelayanan asuhan dimasa yang akan datang merupakan tantangan yang harus di
persiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh institusi
pendidikan kesehatan (Hasan, 1997).
Tuntutan akan profesionalisme dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas mengakibatkan institusi
pendidikan yang mencetak tenaga kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk
menghasilkan sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas tenaga
kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan.
Profesionalisme tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi
pendidikan kesehatan.
Menurut Corkhill (1998) dikutip
dari Syahreni dan Waluyanti (2007) tujuan pembelajaran klinik adalah
mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal senada yang di ungkapkan oleh Munthe
(2009) pembelajaran klinik tidak hanya memberikan kesempatan untuk menerapkan
teori-teori yang telah diperoleh dikelas sebelumnya. Selain itu, menurut
Oermann (2007) pembelajaran klinik juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus
ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berhubungan
dengan masalah nyata tersebut (Syahreni & Waluyanti, 2007).
Praktik klinik diharapkan bukan
hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang dipelajari di saat proses
belajar mengajar di institusi kesehatan ke dalam praktik profesional. Melalui
praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan
sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan.
Sehingga baik secara teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan
dengan praktik yang dilakukan secara nyata dan langsung di lahan pelayanan
kesehatan.
Pada pembelajaran klinik, mahasiswa
dituntut untuk mampu pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori,
hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai makhluk
hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak dapat
dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen dengan
menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan masalah, dan
mengembangkan bentuk perawatan baru (Reilly, 2002).
Seiring dengan berkembangnya
pendidikan kesehatan di Indonesia khususnya di bidang kebidanan. Pendidikan
kebidanan mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan lahirnya
akademi-akademi kebidanan baru baik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan
maupun oleh yayasan atau swasta dalam strata Diploma III.
Untuk mengetahui kebutuhan tenaga
pendidik baik teori, praktik laboratorium maupun praktik klinik dibutuhkan
tenaga pendidik dengan latar belakang pendidikan minimal satu jenjang diatasnya
yaitu D-IV Kebidanan. Untuk dapat memberikan bimbingan secara professional maka
mahasiswa D-IV Kebidanan dibekali dengan pengalaman membimbing mahasiswa D-III
Kebidanan di lahan praktik baik di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, Bidan
Praktik Swasta, dll. Dengan harapan nantinya bisa menerapkan ilmu dan
pengalaman yang didapatkan untuk institusi masing-masing.
Pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah problem solving, yaitu mahasiswa mampu menganalisis potensi
sekaligus kesulitan praktik mahasiswa bimbingan, kemudian menetapkan tujuan dan
pemecahan masalah dalam bentuk bimbingan terintegrasi.
Berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa manajemen pengelolaan pembelajaran klinik mempunyai peranan
yang besar dalam menghasilkan lulusan mahasiswa kesehatan yang profesional.
Selain itu peranan clinical instruktur dalam proses pembelajaran klinik juga
memiliki peran penting untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang
profesional dan ahli dalam bidangnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka
sangat diperlukan sarana/lahan praktek pembelajaran klinik. Diharapkan dengan
penerapan ilmu pembelajaran kebidanan secara nyata di rumah sakit, mahasiswa
mampu mengembangkan kemampuan baik knowledge, skill maupun attitude dalam
memberikan bimbingan.
B.
Tujuan
1.
Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI)
yang diperoleh di Institusi Pendidikan ke lahan praktik
2.
Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan
klinik (CI)
3.
Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah terkait
dengan proses bimbingan klinik.
C.
Manfaat
1.
Diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan
menambah pengetahuan bagi mahasiswa praktikan.
2.
Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan klinik
secara optimal.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pembelajaran
Klinik
1.
Pengertian
Pembelajaran klinik keperawatan adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan dalam tatanan nyata. Sedangkan pengalaman belajar klinik
adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui
kesempatan melatih diri dalam melaksanankan praktek keperawatan profesional
dalam tatanan nyata (Nursalam, 2008).
Pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri
dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam tatanan nyata.
Pembelajaran Klinik adalah bentuk kegiatan
pendidikan/pengalaman belajar untuk menumbuhkan serta membina sikap dan
keterampilan profesional keperawatan peserta didik dengan lingkuangan belajar
pada tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga
keperawatan profesional khususnya di lapangan (AkperPPNI, 2012).
Pembelajaran klinik merupakan salah satu metode
mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan, dan karakteristik
individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam,
2002).
2.
Prinsip
Pembelajaran Klinik
Upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih optimal waktu
di dalam pelaksanaan bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal
(Hidayat, 2000) :
a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata.
b. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di tempat pelayanan kesehatan.
c. Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses penyembuhan pasien.
d. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik dunia kerja professional.
e. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang ditemukan.
3.
Perencanaan
Pembelajaran Klinik
Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques
of Organization and Management dalam Majid (2005) dalam Satria (2010)
menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Dalam
konteks pembelajaran, perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses
penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode
pengajaran. Sebelum membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih
dahulu. Melalui pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik
sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa
harus mendapatkan proses pembelajaran yang sama walaupun tujuan akhir dari
pembelajarannya sama. Sedangkan untuk makna pembelajaran, banyak ahli
pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari
instruction atau teaching.
Sedikit berbeda dengan Correy dalam bukunya Association for Education
Communication and Technology dalam Satria (2010) mengatakan bahwa instruction
merupakan bagian dari pendidikan yang merupakan suatu proses dimana lingkungan
seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat
belajar melakukan hal tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu
pula. Berasumsi pada pendapat Correy, maka untuk dapat melaksanakan
pembelajaran, seorang dosen atau pengajar di lahan praktik yang sering disebut
instruktur klinik berperan sebagai perancang dan pengembang model pembelajaran
sekaligus sebagai pengelola atau pelaksana. Oleh karena itu untuk melaksanakan
tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan
khusus dan hal-hal atau materi yang akan disampaikan. Selain itu instruktur
klinik pun sebaiknya memahami tentang konsep perencanaan pembelajaran (Satria,
2010).
Menurut Hunt dalam Satria (2010) ada beberapa model persiapan mengajar
diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model ROPES merupakan sebuah
urutan tahap dari Review, Overview, Presentation, Exercise dan Sumarry. Model
ini cocok diadopsi untuk pembelajaran klinik karena dimulai dari review atau
pengulangan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap kedua overview yaitu
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan
kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan dilakukan. Keempat adalah exercise
atau latihan, pada tahap ini mahasiswa melakukan tindakan keperawatan di bawah
supervisi instruktur klinik. Model terakhir yaitu summary atau membuat
rangkuman dari pembelajaran yang telah berlangsung. Kekurangan dari model ini
adalah tidak mencantumkan aspek evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur
klinik dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary bisa
dimodifikasi menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh
kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu
kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti yaitu penyampaian
materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan tahap terakhir merupakan
kegiatan penutup yang biasanya ditandai dengan cara membuat rangkuman atau
melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah dipelajari.
4.
Faktor
Pendukung Pembelajaran Klinik
a.
Pembimbing
Klinik
Pembimbing Klinik/Clinic Instructurea dalah perawat yang
terpilih, perawat yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan
mengarahkan peserta didik selama proses pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah dibuat (Widodo, 1999)
Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat
oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Membimbing adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi,
2004).
b.
Sasaran Bimbingan
Proses
bimbingan diharapkan mempunyai sasaran yang maksimal dalam membantu individu
(Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:
1)
Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri.
Melalui proses bimbingan diharapkan dapat membantu
mahasiswa untuk mengenali dirinya baik dari segi kemampuan maupun keterbatasan.
2)
Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan
lingkungan dengan iklim yang kondusif sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
3)
Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa
menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung jawab terhadap konsekuensi
yang dipilihnya.
4)
Pengarahan diri
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani
melaksanakan keputusan yang ditetapkannya, dan berusaha mengarahkan dirinya
pada kegiatan yang menguntungkan.
5)
Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri
(mewujudkan diri) yang merupakan tujuan akhir dari usaha bimbingan, individu
mampu mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
a.
Soft Skill
SOFTSKILL (Kemampuan NON-TEKNIS) merupakan kemampuan seseorang untuk
bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia
berada. Sifatnya invisible. Attribut dari softskill ini seperti : sikap baik
seperti integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim,
kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,
komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, kemampuan beradaptasi, pemecahan
masalah dan lainnya. Softskill telah menjadi salah satu faktor yang menentukan
kesuksesan karir seseorang dan dapat turut meningkatkan kinerja organisasi.
Softskill juga terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah kualitas personal,
yang terdiri dari : dapat bertanggung jawab, kepercayaan diri, mampu
bersosialisasi, self-management (mampu mengatur diri sendiri) dan
integritas/kejujuran. Yang kedua adalah interpersonal skill yang terdiri
dari : leadership (kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama
dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain
b.
Metode bimbingan klinik
Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering
digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2002):
1)
Metode Observasi
Metode
yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan
perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang.
Metode ini meliputi :
a)
Observasi lapangan
b)
Field trip
c)
Ronde keperawatan
d)
Metode demonstrasi
2)
Metode bedside teaching
Merupakan metode bimbingan yang dilakukan disamping tempat
tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang
dibutuhkan oleh klien.
Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan kemampuan psikomotor peserta
didik. Pelaksanaan bed-side teaching/demonstrasi:
a)
Sebelumnya diskusikan tindakan yang akan
dilakukan oleh peserta didik
b)
Awalnya pembimbing dapat memberikan contoh
langsung pada peserta didik
c)
Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan
atau tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peserta didik
Setelah selesai pembimbing bersama peserta didik
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan memberikan umpan balik.
3)
Metode nursing clinic
Metode nursing clinic adalah metode penyajian
pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus
diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam
pembahasan prinsip - prinsip dan prosedur perawatan dari pasien.
4)
Metode penugasan membuat catatan dan laporan
tertulis (eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk
membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.
5)
Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care
study)
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.
6) Konferensi
Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah (turney, dkk.
1982).
Konferensi yang dianjurkan :
a)
Konferensi awal (Pre-conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan
masalah klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan
tindakan
b)
Konferensi akhir (Post-conference)
Diskusi
tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi perkembangan klien, pengalaman
praktik langsung.
7)
Penugasan
klinik
a)
Penempatan peserta didik pada lahan
praktik
b)
Tujuan : memberikan pengalaman praktik
klinik yang nyata sebagai tempat mengembangkan ketrampilan profesional
Pelaksanaan
penugasan klinik :
a)
Buat kontrak
yang jelas dengan peserta didik :
(1)
Lamanya waktu penugasan klinik
(2)
Objektif dan kompetensi yang harus dicapai
(3)
Metode bimbingan
(4)
Metode evaluasi
b)
Bagi peserta
didik dalam kelompok yang beranggotakan maksimal
c)
Setiap hari
setiap kelompok dibimbing oleh satu orang pembimbing
8) Diskusi kelompok
a)
Modifikasi dari metode pengajaran diskusi,
diskusi kasus dan brainstorming
b)
Tujuan : membahas masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang ditemukan dalam
praktik klinik setiap hari.
Pelaksanaan
diskusi kelompok :
a)
Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap
hari
b)
Dilakukan dalam satu kelompok praktek
c)
Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang
berfungsi sebagai fasilitator
d)
Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam
melakukan askep maupu isu-isu terkait
e)
Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari
penyelesaan masalahnya sendiri.
9)
Metode
mentoring
Peran pembimbing
klinik sebagai mentor :
a)
Siap untuk
mengambil peran
b)
Membagi
pengetahuan ttg perawatan pasien dan berlaku sebagai positif role model
c)
Familiar
dengan programstudy mentee dan melakukan dokumentasi pengkajian
d)
Mengidentifikasi
kesempatan belajar sepesifik dan pengalaman belajar sebagai proses yg terencana
e)
Mengobservasi
mentee melakukan ketrampilan dalam supervisi sesuai level yg sesuai
f)
Menyediakan
waktu untuk refleksi, feedback, monitoring dan dokumentasi kemajuan mentee
g)
Mengkaji
kompetensi dan keamanan pasien, menjaga dalam dokumentasi pengkajian
h)
Membeerikan
kpd mentee feedback membangun, dengan menyarankan bagaimana meningkatkan untuk
peningkatan kemajuan mentee
i)
Melaporkan
setiap insiden yg tdk diinginkan atau hal penting kepada manajer senior anda
dan institusi pendidikan
j)
Bekerja
sama denga dosen dan staf pendidikan klinik bila diperlukan
k)
Memelihara
pengetahuan profesional termasuk pertemuan “mentorship updates”
l)
Mencatat
pengalaman mentoring anda sebagai bukti pengembangan profesional
m)
Ikut dalam
supervisi klinik dan merfleksikan hubungan ini ke dalam peran tersebut
c.
Kriteria Pemilihan Metode
Perencanaan pengalaman belajar praktek klinik mencakup keputusan
pemilihan metode yang akan digunakan yang dapat memungkinkan pencapaian tujuan
belajar. Proses pemilihan metode harus sesuai dengan tujuan belajar, “Entry
Behavior” dan karakteristik peserta didik, kualitas serta ketrampilan
pengajar, yang behubungan dengan rasio peserta didik, pengajar, karakteristik lahan
praktik serta kelemahan metode yang dipilih. Kriteria dan pemilihan metode
mengajar dan pengajaran klinik harus sesuai dengan (Oermann, 1985):
1)
Tujuan pengalaman praktek klinik.
2)
Kemampuan, pengalaman, dan karakteristik peserta
didik.
3)
Kemampuan pembimbing, kerangka konsep proses
pembalajaran.
4)
Sumber-sumber dan keterbatasan lahan praktek.
5)
Filosofi keperawatan.
6)
Kompetensi yang ada.
B.
Strategi
Pembelajaran Klinik
Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan pengajaran yang
melibatkan klien secara langsung. Pembelajaran klinik ini adalah inti dari
pengembangan profesional dan mengahntarkan peserta didik pada tatanan dunia
nyata.Tekhnik / Strategi Pembelajaran Praktek
1.
Mahasiswa memperoleh informasi tentang target
kegiatan yang harus dicapai.
2.
Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.
3.
Pelaksanaan praktek klinik PKK1
4.
Proses belajar praktek
a)
Pre – Conference
1)
Informasi tentang pelaksananan praktek
2)
Penjajagan tentang kesiapan praktek
3)
Perencanaan praktek mahasiswa
b)
Ronde
1)
Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan /
lahan praktek
2)
Problem solving masalah – masalah praktek dan
kasus – kasus yang ditemukan mahasiswa
3)
Pembinaan mahasiswa dalam praktek
c)
Post – Conference
1)
Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa
C. Evaluasi Pembimbingan Klinik
Evaluasi merupakan salah satu
fungsi dalam pelaksanaan proses pembimbingan klinik di lahan praktik.
1.
Tujuan Evaluasi
a.
Memperoleh informasi kemajuan proses belajar
dalam melaksanakan praktik klinik.
b.
Menentukan tingkat pencapaian tujuan praktik
klinik yang telah dirumuskan institusi.
c.
Mengetahui kesulitan mahasiswa dalam pembimbingan praktik.
d.
Memberikan nilai keterampilan kepada setiap
mahasiswa.
e.
Pertanggungjawaban pembimbing klinik kepada
institusi terhadap proses hasil bimbingan.
f.
Untuk memperbaiki proses pembimbingan klinik
yang akan datang.
2.
Cara Evaluasi Praktik Klinik
Evaluasi
praktik klinik menekankan pada pencapaian kompetensi dan kualitas pencapaian
pembelajaran setelah selesai melaksanakan praktik dan evaluasi pencapaian
kompetensi. Pembimbing klinik mengadakan umpan balik tentang hasil yang telah dicapai, meminta pendapat kepada
mahasiswa mengenai proses pembimbingan dan segala hal yang dihadapinya yang
menyangkut faktor-faktor pendukung, faktor penghambat serta kekurangan-kekurangan
yang ditemukan (Ahnan, 2007).
BAB III
PEMBAHASAN BIMBINGAN KLINIK PERGAULAN BEBAS
Bab III dan BAB IV ada dipostingan selanjutnya.
Lihat sitemap Blog
0 Komentar