copas jangan ragu.. semoga membantu tugas kuliah anda...
Makalah
Perkembangan Anak Hyperaktif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu
perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan
seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya
mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang
secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang
demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau
teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru
kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang
hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potnsi diri dan
meningkatkan prestasinya.
Ditinjau
secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal
yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian.
Gangguan
ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi
otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger
otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi,
keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Pendekatan
ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang
sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak
akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa
terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan
dan kesulitan yang dimilikinya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Anak Hiperaktif ?
2. Apa
saja ciri-ciri Anak Hiperaktif ?
3. Apa
faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak ?
4. Apa
saja problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif ?
5. Bagaimana
penanganan untuk Anak Hiperaktif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian anak hiperaktif
2. Mengetahui
ciri-ciri anak hiperaktif
3. Mengetahui
faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak
4. Mengetahui
problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
5. Mengetahui
penanganan untuk anak hiperaktif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Hyperaktif
Anak (keturunan) yang sempurna fisik dan
psikis adalah dambaan setiap orang tua. Namun, tidak jarang kita jumpai
anak-anak memiliki ketidaksempurnaan baik fisik maupun psikis. Hal ini sangat
menghawatirkan bagi orang tua dan berupaya untuk mengurangi bahkan
menyempurnakan agar anak mereka terlihat seperti anak-anak pada umumnya yang
tumbuh normal.
Kita mungkin pernah mendengar istilah
hiperaktif, hiperaktif ini merupakan salah satu gangguan psikis (tingkah laku)
yang juga berpengaruh pada fisik anak. Dari salah satu sumber bahwa sekitar 4-5
% anak-anak usia sekolah memiliki perilaku hiperaktif. Tetapi kita seringkali
tidak dapat membedakan secara konkrit antara anak yang memang memiliki
kelebihan energi dan anak yang mengalami/ menderita hiperaktif, kitapun sering
memberikan cap/ lebel seorang anak yang hiperaktif sebagai anak yang nakal,
bandel, dan sulit diatasi, padahal kita belum tahu dan mengerti apa sebenarnya
hiperaktif itu, bagaimana ciri-ciri anak hiperaktif, faktor apa saja yang
menjadi penyebab hiperaktif, problem/ masalah apa yang dihadapi anak hiperaktif
dalam kehidupannya sehari-hari, dan bagaimana kiat/cara mengatasinya?. Hal
inilah yang akan dipaparkan secara rinci dalam tulisan ini. Adapun tujuan
penulisan online research ini adalah memberikan pemahaman tentang anak
hiperaktif dan kiat/ cara memberikan bimbingan, pengarahan dan membantu
mengatasi masalah yang anak hadapi, baik dalam lingkungan keluarga, maupun di
sekolah.
Pengertian Hiperaktif, Menurut salah satu
sumber bahwa hiperaktif adalah aktivitas fisik yang berlebihan atau gerakan
yang tidak bertujuan dan dengan kecepatan yang meningkat. Pengertian lain bahwa
hiperaktif adalah istilah yang menggambarkan perilaku tidak tenang, anak yang
sering mengganggu ketertiban baik di rumah maupun di sekolah. Hiperaktif juga
populer dengan istilah Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD), atau
dengan terjemahan bahasa Indonesia “Gangguan Pemusatan Perhatian Dengan Hiperaktif”
(GPPH). Victor Hartono Putra menjelaskan bahwa ADHD adalah gangguan tingkah
laku yang disebabkan oleh disfungsi neurologis.
Jadi hiperaktif merupakan salah satu
gangguan tingkah laku berupa aktivitas berlebihan, tidak terkontrol dan tidak
terarah sehingga anak tidak dapat memusatkan perhatian.
B. Ciri-Ciri
Anak Hiperaktif
Beberapa
ciri anak hiperaktif menurut Sani
Budiantini Hermawan, Psi., Psikolog dari Klinik Empati Development
Center, Jakarta (Tabloid Nakita) sebagai berikut :
1. Menentang
Anak
dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang
atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari
ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga
bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
2. Destruktif
Perilakunya be
rsifat destruktif atau merusak. Ketika
menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai
lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah
menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang
ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk
menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya
dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
3. Tak
kenal lelah
Anak dengan gangguan
hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan
selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya.
“Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang
seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
4. Tanpa
tujuan
Semua aktivitas dilakukan
tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan,
misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak
hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
5. Tidak
sabar dan usil
Yang bersangkutan juga
tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran.
“Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya,
dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak
hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya,
tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada
pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.aaae
6. Intelektualitas
rendah
Seringkali intelektualitas
anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal.
Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak
bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Sedang
menurut buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati)
Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity
disorder (ADHD)
1.
Tidak focus
Anak
dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak
memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak
mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2.
Sulit untuk dikendalikan
Anak
hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi.
Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3.
Impulsif,
Melakukan
sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan
memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi
pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
4.
Menentang
Umumnya
memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya
ditunjukkan dengan sikap cuek.
5.
Destruktif
Destruksif
atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan
sangat besar.
6.
Tidak kenal lelah
Sering
tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
7.
Tidak sabar dan
usil
Ketika
bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula
mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
8.
Intelektualitas
rendah
Sering
kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah
rata-rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah
terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak hiperaktif
yang lainnya diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Sering
menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal
seharusnya ia duduk manis.
3. Sering berlari-lari atau memanjat secara
berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti
kegiatan dengan tenang.
5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya
didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6. Sering terlalu banyak bicara.
7. Sering sulit menunggu giliran.
8. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan
lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Ciri-ciri lain yang
menyertai Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) adalah
:
1. Kemampuan
akademik tidak optimal
2. Kecerobohan
dalam hubungan social
3. Kesembronoan
dalam menghadapi situasi yang berbahaya
4. Sikap
melanggar tata tertib secara impulsive
C. Perkembangan Sosial Anak Hyperaktif
a. Defenisi
Phobia sosial adalah gangguan perkembangan
sosial anak dimana anak berada dalam kondisi irasional yaitu kecemasan yang
berlebihan ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
b.
Ciri-ciri
1)
Anak takut berintaraksi dengan
lingkungan social
2)
Anak enggan untuk berangkat kesekolah
dan tempat-tempat keramaian.
3) Anak
tidak mau berkenalan dengan teman sebaya atau orang lain, cenderung menghindari
kontak mata dengan orang lain, menarik diri, cemas ketika berhadapan dengan
orang lain.
4) Anak selalu menempel pada orang tua, tidak mau ditinggal di sekolah.
5) Rendahnya kepercayaan diri anak, memiliki konsep negative takut
tidak di teriman di lingkungan.
c. Penyebab
1) Pola asuh yang salah sehingga perkembangan kemandirian sosialnya
terhambat, misal orang tua dengan pengasuhan yang otoriter, atau overprotektif.
2) Trauma
3) Genetik/bawaan
dari lahir
Yaitu pada masa janin
perkembangan otak anak tidak normal, terdapat kelebihan pada otak bagian kanan
(amygdala) yang berperan mengontrol rasa takut. Respon tersebut menimbulkan
reaksi fisik saat anak berinteraksi, misal pusing, mual, sakit perut, keringat
dingin. Reaksi fisik tersebut dipicu oleh adanya overaktif pada system saraf
otonom yang mengatur system saraf denyut jantung.
d. Perbedaan
phobia sosial dengan anak pemalu/pencemas.
Pada
anak dengan phobia sosial, dia menganggap segala perilakunya akan dinilai oleh
orang lain. Pikirannya hanya terfokus pada hal tersebut sehingga membuatnya
tidak mampu mengatasi rasa cemas. Sedangkan pada anak pemalu, ia hanya takut
berinteraksi dengan lingkungan sosial sementara waktu, ketika sudah bisa
beradaptasi, ia akan bergaul secara normal dengan teman-teman sebaya dan
orang-orang disekitarnya.
e.
Penanganan
1) Mengevaluasi pola asuh.
Idealnya orang tua bersikap demokratis, tetap memegang kendali namun tetap
memberikan kebebasan anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi.
Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal kegiatan anak. Anak sebaiknya tidak
teralu disibukkan dengan les privat sehingga membuat ia lupa bermain dengan
teman-temannya. Pastikan anak mempunyai waktu untuk menambah koleksi teman dan
berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam
karakter. Hal ini dapat dilakukan dengan membacakan cerita fiksi,
mengenalnya tokok-tokoh yang ada didalam cerita tersebut, atau bisa juga
menceritakan pengalaman berteman guru/orang tua kemudian membiarkan anak
memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan minta anak untuk menceritakan kembali
apa yang ia dengar dan pahami dari karakter tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran. Hal ini
untuk melatih anak komunikasi interpersonal. Misal, bermain telpon-telponan,
guru/oarngtua sebagai penelpon, anak sebagai penerima. Atau bermain dengan
bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua sebagai tuan rumah, anak sebagai
tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak
silaturahim kekerabat, sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat
keramaian lain.
D. Menangani Anak Hiperaktif Di Kelas
“Aduh anak ini ga bisa duduk diam
di bangku, jalan-jalan terus” Demikian sedikit keluhan dari seorang guru kelas
satu SD (Sekolah Dasar) yang mengeluhkan anak didiknya karena anak itu
jalan-jalan terus di kelas. Akibat tidak bisa duduk diam banyak tugas-tugas
belajarnya tidak selesai atau tidak dikerjakan. Teman-temannya pun menganggap
ia anak nakal dan pemalas.
Perilaku yang
digambarkan di atas merupakan sedikit contoh dari perilaku anak hiperaktif.
Sebagai guru kita harus waspada terhadap gangguan perilaku hiperaktif itu.
Mewaspadai perilaku hiperaktif ini menjadi penting karena perilaku hiperaktif
jika tidak diwaspadai dan tidak ditangani dengan tepat maka akan
merugikan/mengganggu lingkungan belajar juga merugikan diri anak itu sendiri.
Agar lebih waspada
kita kenali terlebih dahulu karakteristik anak hiperaktif. Berdasarkan kajian
dari berbagai ahli anak hiperaktif memiliki tiga karakteristik utama, yaitu (1)
rentang perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa, tugas tidak tuntas,
cenderung menghindari tugas, sulit mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas
atau kegiatan bermain (2) memiliki perilaku impulsif yang menyebabkan anak ini
sulit diterima temannya karena sering merebut barang miliki orang
lain/temannya, sering memotong pembicaraan, banyak bicara, mengganggu teman (3)
selalu bergerak sulit untuk duduk diam/tenang memperhatikan, aktivitas motorik
yang berlebihan, sulit mengatur kegiatan.
Berdasarkan
karakteristik di atas maka jika di kelas terdapat anak hiperaktif dapat
dibayangkan bahwa anak itu akan menjadi gangguan dalam proses belajar mengajar,
sementara guru sendiri sudah cukup sibuk untuk memperhatikan anak-anak lain.
Kesibukan guru akan semakin bertambah dengan hadirnya anak hiperaktif yang
membutuhkan perhatian atau bimbingan yang lebih dari guru.
Namun demikian sebagai
guru yang baik tentunya akan mencari solusi terbaik untuk mengatasi gangguan
perilaku hiperaktif pada anak didiknya. Melalui tulisan ini, penulis ingin
berbagi sedikit pengalaman dalam menangani anak hiperaktif. Untuk menangani
perilaku hiperaktif, penanganan harus dil;akukan secara bertahap dan fokus pada
gangguan yang akan dikurangi/dihilangkan atau perilaku mana yang akan
dikembangkan.
Untuk memulai langkah
penanganan, kita harus mencatat perilaku mana yang akan dihilangkan dan perilaku
mana yang akan dikembangkan. Dari mana kita mendapat data tentang perilaku itu,
bisa kita peroleh melalui pengamatan terhadap perilaku anak di kelas selain itu
dapat pula diperoleh melalui wawancara dengan orangtua anak. Setelah mencatat
dan mengelompokkan perilaku yang akan dihilangkan/dikurangi dan perilaku yang
akan dikembangkan, selanjutnya dapat dilakukan teknik-teknik penanganan yang
penulis aplikasikan berdasarkan Sugiarmin (2005) berikut ini.
1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki
Carilah
faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul. Contoh anak
tidak bisa duduk diam sering jalan-jalan di kelas. Carilah alasan mengapa anak
itu tidak bisa duduk diam. Misal, alasannya karena anak membutuhkan perhatian,
merasa bosan, ingin udara segar, dan sebagainya. Hilangkan atau atasi faktor
pemicu tersebut.
Cara
menghilangkan factor pemicu dapat dilakukan melalui teknik-teknik (a)
ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki sampai anak
menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa mengangkat
tangan terlebih dahulu. Atau guru dan teman-temannya mengabaikan anak yang
mengganggu sampai ia bosan atau sadar bahwa guru dan temannya tidak terpancing
(b) satiasi, yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya.
Contohnya, memberikan perhatian sebelum menuntut perhatian, segera beralih pada
kegiatan lain sebelum anak merasa bosan, anak yang suka memukul-mukul meja
mintalah anak tersebut untuk terus memukul meja (c) time out. Anak dipindahkan
dari tempat di mana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi (d) hukuman.
Cara
ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya, namun jika akan
diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
– diberlakukan untuk perilaku yang sangat
membahayakan dan agar tidak berlanjut misalnya perilaku agresif,
– jika prosedur lain tidak berhasil,
– berikan hukuman ringan yang terbukti
efektif
– jangan menghukum dalam keadaan marah
2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki
Tingkah laku yang baik tentunya harus
dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Untuk melakukannya
dapat dilakukan dengan cara penguatan (reinforcement). Setiap perilaku yang
dikehendaki akan memperoleh penguatan berupa imbalan. Imbalan dapat berupa
benda atau yang lain, misalnya pujian.
Ketika anak berbuat benar kemudian
diperkuat dengan imbalan, diharapkan anak akan mempertahankannya untuk
selanjutnya dapat dikembangkan. Imbalan atau hadiah sebaiknya diberikan segera
setelah perilaku yang dikehendaki terjadi. Demikian sedikit teknik-teknik
penanganan anak hiperaktif di kelas. Pilihlah teknik yang paling tepat sesuai
dengan perilaku yang akan ditangani. Semoga bermanfaat.
E. Cara Mengatasi Anak Hiperaktif
Mendidik anak untuk bisa pintar
mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai
emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua
dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi
dalam memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa usia sekolah saat ini
banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang sangat sulit di
atur emosinya di kelas. Saya bingung, apa lagi yang harus saya lakukan agar
siswa saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat
dengan mudah memahami yang saya ajarkan. Itulah salah satu contoh keluhan para
guru menghadapi siswa yang hiperaktif.
Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan
untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat
memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu
dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai
dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan
memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali,
karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan
kesulitan yang dimilikinya.
Dalam makalah ini kami merumuskan masalah
tentang cara mengatasi anak hiperaktif, selama berada di sekolah tidak bisa
diam. Sering berbicara walaupun bukan saatnya untuk berbicara. Saat kegiatan
belajar sering kesana-kemari bahkan mengganggu temannya.
Definisi Anak Hiperaktif
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900
di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD
(Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut
sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan
pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun)
dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif.
Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi
Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah
: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang
anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah
sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat
mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :
1.
Tipe
anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan
gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka
seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di
awang-awang”.
2.
Tipe anak yang hiperaktif dan
impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat
hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali
ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe
seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Ada
tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu :
a.
InatensiTidak
ada perhatian
Inatensi atau pemusatan perhatian
yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan
perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan
konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari
satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada beberapa
hal seperti membaca, menyimak pelajaran.
b.
Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala
hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan
tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu,
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
b.
Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan
kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan
sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan
dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah
perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan
pembicaraan.
Problem-problem
yang biasa dihadapi anak hiperaktif
·
Problem di Sekolah
Anak tidak mampu mengikuti
pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah
terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara
keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai
bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan
mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka
bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif
banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus
untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara
umum tidak sebaik anak biasa.
·
Problem
di Rumah
Dibandingkan dengan anak yang
lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia
mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan
faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan
dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami
kekecewaan, ia gampang emosional.
Selain itu anak hiperaktif
cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan
baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang
tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak
mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.
Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang
tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi
rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi.
Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif.
Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
·
Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka
berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam
berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan
komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri
sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
·
Problemfisik
Secara umum anak hiperaktif
memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan
seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur
biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit
tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat
aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti
terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Faktor-Faktor Penyebab
Hiperaktif
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1.
Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi
dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih
sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan
menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki
dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2.
Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih
tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti
lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi
forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan
berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl
juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang
bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara
proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan.
3.
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti
salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku
hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak
yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada
saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
4. Faktor
Kultural dan Psikososial
·
Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan
memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan
sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar
terpenuhi kebutuhannya.
·
Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan
akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak
dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan
orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di
sekolah.
·
kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang
berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri.
Cara Mengatasi Anak yang Hiperaktif
a. Hubungan yang baik antara orang tua dengan
anak
·
Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar
berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang
hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur
segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari
bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara
sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat
berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu
yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.
·
Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang
bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak , konsisten yang berarti
diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan,
disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
Sekali waktu mengajak anak
menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman. Jika orang
tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu.
Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak,
ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis.
Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana
memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih. Dan
Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.
b. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah
1.
Menempatkan anak di bangku yang dekat guru,
di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
2.
Menghindari menempatkan anak di dekat
jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan
merusak konsentrasinya.
3.
Menatap anak saat berkomunikasi.
4.
Menyingkirkan perlengkapan yang tidak
diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
5.
Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti
memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
6.
Memberikan pujian bila anak tenang.
7.
Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan
tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8.
Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak
melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya
bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9.
Mendorong orang tuanya nutk melatih anak
menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat
akan berangkat sekolah.
Jadi secara garis besar hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
Hiperaktif juga mengacu kepada
ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau
kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan. Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu: Tidak ada
perhatian; Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi; dan Impulsif, Bertindak
tanpa dipikir atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Mengelola anak hiperaktif memang
butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa
lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hl berikut dapat dijadikan pedoman dalam
menangani masalah anak hiperaktif
·
PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang
kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.
·
PAHAMILAH
Sikap dan perilaku anak, serta apa
yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun
fisiologis.
·
LATIH kefokusannya.
Jangan tekan dia, perlakukan anak
dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan
tugas.
·
TELATENLAH.
Jika dia telah “betah” untuk duduk
lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan
cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.
·
BANGKITKAN kepercayaan dirinya.
Misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar,
memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
·
KENALI arah minatnya.
Jika anak bergerak terus, jangan
panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari
keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan
perhatiannya secara dini.
·
MINTA dia bicara.
Anak hiperaktif cenderung susah
berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu,
bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja
yang dapat diterima kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
2. Para ahli
mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD
ke dalam 3 jenis berikut ini:
a. Tipe anak yang
tidak bisa memusatkan perhatian
b. Tipe anak yang
hiperaktif dan impulsive
c. Tipe gabungan
3. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Ciri utama
anak yang menderita ADHD, yaitu:
a. Tidak ada
perhatian
b. Hiperaktif
c. Impulsif
d. Menentang
e. Destruktif
f. Tanpa tujuan
g. Tidak sabar
dan usil
h. Intelektualitas
rendah
4. Faktor-Faktor
Penyebab Hiperaktif pada Anak
a. Kondisi
saat hamil & persalinan
b. Cedera
otak sesudah lahir
c. Keracunan
timbal yang parah
d. Lemah
pendengaran
e. Faktor
psikis
5. Problem-Problem
yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif
a. Problem
di sekolah
b. Problem
di rumah
c. Problem
berbicara
d. Problem
fisik
6. Penanganan
untuk Anak Hiperaktif
a. Applied
Behavioral Analysis (ABA)
b. Terapi
Wicara
c. Terapi okupasi
d. Terapi
Fisik
e. Terapi
Sosial
f. Terapi
Bermain
g. Terapi
Perilaku
h. Terapi
Perkembangan
i. Terapi Visual
j. Terapi Biomedik
B. Saran
Dengan adanya bantuan khusus dari
orang tua, guru-guru, para dokter, atau lingkungan bermain, anak-anak
hiperaktif akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian mereka atau
hiperaktif dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif
mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena
itu, lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka kebebasan gerak. Atau
membuat diagnosis lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang pakar yang
berpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yang
tidak dapat memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak
tertentu tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah, dan
disekolah. Beberapa kali perawatan hiperaktif yang berhasil melibatkan
pendekatan multidisiplin yang melibatkan bidang pengobatan, psikologi, social,
dan pendidikan. Untuk penanganan hiperaktif sebaiknya memiliki kelas khusus
yang bisa menanganinya secara benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan,
Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
Eric Taylor, Anak yang Hiperaktif, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
http://earlychildhoodeducation-fifi.blogspot.com/2011/01/bk-di-tk.html
http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/30/cara-mengatasi-anak-hiperaktif
Salam !!!
2 Komentar
izin copas min buat referensi..
BalasHapussukses selalu....
macam mana rumus membendung ejakulasi dini?
BalasHapuskamu mampu mengahdiri dokter guna berkonsultasi. Dokter bakal merekomendasikan sesi penyuluhan yg menyeret-nyeret psikoterapi. demikian lagi dgn formula berkomunikasi dgn pasangan menyangkut disfungsi seksual. terkecuali pengarahan, pengobatan yang lain serta dapat menyeret-nyeret alat tabiat, anestesi topikal yg( diberikan serta-merta buat kulit), dan sekian banyak remedi. Berikut ini sekian banyak penjelasannya:
1. proses perilaku
Seperti yg telah dijelaskan di atas, ejakulasi dini mampu berjalan dikarenakan kamu merasa terpojok. daya upaya perilaku sanggup dibilang tak runyam, kamu bisa jadi dapat direkomendasikan guna masturbasi seputar tunggal, atau dua jam sebelum lakukan senggama. tabiat ini ditujukan buat membimbing ejakulasi dini selagi kamu bersambung seksual. rahasia yang lain yg sepertinya direkomendasikan yaitu menghindari senggama selagi sekian banyak kala buat konsentrasi buat kategori permainan/rangsangan seksual saja, maka tekanan yg menyulut pendapat dekat pikiran kamu bisa dihilangkan.
2. Latihan basic panggul
tak cuma wanita yg mampu melaksanakan senam Kegel, cowok pula mampu melakukannya. Senam Kegel mematok otot-otot basic panggul. Ejakulasi dini mampu disebabkan bersama lemahnya otot basic panggul maka kemampuan pada mengganjal ejakulasi tengah 5 memindahkan. Latihan basic panggul dgn senam Kegel sanggup membenarkan otot-otot ini.
trick melaksanakan senam Kegel:
- dapatkan otot yg sah. Caranya kamu dapat cobalah aktivitas mengganjal ajaran kencing, atau kencangkan otot disaat kamu mengganjal buang udara. apabila kamu telah meraih otot yg sahih, kamu dapat lakukan kegiatan ini kapan saja. Pastikan perihal ini tak menciptakan kamu jadi mengganjal urin, atau menyangga buang cuaca, lantaran dampaknya tak apik terhadap kesegaran. melakukan kegiatan tertera kala tak mau buang air mungil atau buang angin.
- sejak mulai laksanakan usaha latihan. kamu mampu mengganjal otot basic panggul sewaktu tiga detik, dulu lemaskan buat tiga detik seterusnya. waktu kamu merasakan otot panggul telah sejak mulai menguat, kamu dapat melakukannya sambil bersila, berdiri, atau berjalan
- Latih konsentrasi kamu. siap sedia terhadap tak latihan melenturkan otot perut, paha, atau pantat. konsentrasi saja terhadap mengencangkan otot panggul. selagi latihan, sebaiknya kamu bernapas leluasa saja, tak butuh menyangga napas Anda
- Ulangi latihan ini. supaya akhirnya maksimal laksanakan tiga kali pada sehari. kalau, kamu telah bisa melakukannya sekian banyak kali, targetkan 10 kali klise dekat sehari
Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang
Apakah sunat sakit | Metode sunat modern terkini
hubungi Dokter | Chatting gratis