MAKALAH
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS)
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang "MTBS” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yaitu
ibu Sri Maryani yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.
Jakarta, September
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) merupakan
suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk strategi
upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan
dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok,
maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang
sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya
keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta
unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi.
Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan
hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima
indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada
balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per
1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000
kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun
dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh
kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit
Modul-1 Depkes RI, 2004).
1.2 Manfaat Penulisan
Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan
pencerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan
dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi
masyarakat.Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari
penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan
mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah
yang membahas mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini,
diharapkan agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata
laksana balita sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau
lebih dikenal dengan MTBS.
Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-service
dan atau in-service
training. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan standar pelayanan bagi
balita sakit dan dinilai cost
effective serta berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka
kematian neonatus, bayi dan balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan
benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
MTBS singkatan dari
Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan
untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan
dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan
Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah
mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan yangbekerjasama
dengan WHO. Layanan ini tidak hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan
preventifdan promotifnya. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas
kesehatan yang terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan
tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan,
akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan
supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk
menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi
sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya
mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas,
memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga
dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam
kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem
yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.
1 . Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status
pengobatan dan formulir MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu
2.
Proses
Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.· Memeriksa berat dan
suhu badan.· Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada
dan mendengar stridor.· Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata
cekung, memberi minum anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan
mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor.· Selalu memerisa status gizi,
status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin
A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan
yang telah dilatih MTBS)
3.
Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan
berupa pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat
kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya
kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah.
Rujukandiperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan.
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a.
Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas
kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan
menangani pasien balita)
b.
Memperbaiki
sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c.
Memperbaiki
praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan)
2.2.
TUJUAN MTBS
Menurunkan secara bermakn aangka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak.Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab
kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan
(35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari
disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia
(15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD
(6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita
yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab
utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang
diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada
MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat
dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan
oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang
sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada
awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus
pada
balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan
konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis
dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang,
pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan
obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian
neonatal mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan
sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan
pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas
tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997
dan banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak
tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di
dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah
melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya
monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan,
kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan
obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan
alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan
ketrampilan bidan
dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih
dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize
Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis komputer untuk
MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a) Untuk adaptasi pedomanMTBS
b) Untuk
pelatihan MTBS melalui komputer. memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
a. Apakah
anak bisa minum/menyusu?
b. Apakah
anak selalu memuntahkan semuanya?
c. Apakah
anak menderita kejang ?
Berdasarkan hasil
penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi
keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah
tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan
yang dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari
ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari
ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan
kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan
penanganan diare di rumah
d. Memberikan
konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun
dalam keadaan sehat
e. Menasihati
ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui,
untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi
bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang
merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan
tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan disini karena terlalu
panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan tindakan/pengobatan
bagi setiap balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding
yang ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi hampir
semua sisi tembok ruang pemeriksaan MTBS di Puskesmas dan formulir
pencatatan baik bagi bayi muda (0-2 bulan) maupun balita umur 2 bulan-5 tahun.
Sedangkan untuk pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang terdiri
dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding serta 1
set buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari
ditambah pelajaran pada sesi malam.
2.3. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk
diajukan terkait dengan Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya,
menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan klasifikasinya, serta
menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Menilai
batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita
batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa
lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam,
dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah
anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
Menilai
diare dan klasifikasinya. Setelah memeriksa
batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak menderita
diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah
(apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan
umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan
rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak
untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak haus
minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor:
apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah
penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare
pesisten berat, diare persisten atau disentri.
Menilai
demam dan klasifikasinya. Demam merupakan
masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak
demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh
dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu
badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko
malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah
resiko rendah atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung
keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi
atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika
lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku
kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir,
lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan
terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita
penyakit berat dengan demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika
anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di
mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat
adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi
pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak
mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak
muntah: sering, muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur
darah atau berwarna hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat
adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit
(petekie), periksa tanda-tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan
nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD
Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Setelah memerisa dalam, petugas menanyakan kepada
ibu apakah telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah
telinga nya sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah
pembangkakan nyeri di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak
menderita mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak
ada infeksi telinga. memeriksa status gizi dan anemi serta
klasifikasinya setiap anak harus di periksa status gizi
nya,karna kekurangan gizi merupakan masalah yang sering ditemukan,terutama
diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak sangat
kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan
dan membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian mengklasifikasikan
sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau
anemi, tidak BMG dan tidak anemi.
Menasehati
ibu. Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian
makan anak, anjuran pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu
tentang masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit,
menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya
sendiri.
Pemberian
pelayanan tindak lanjut Kegiatan ini berarti
menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau kunjungan ulang.
Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-kotak yang
sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan
penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada
bagan penilaian dan klasifikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit
yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang
meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri,
diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi
dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat
ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan
kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif
dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan
untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.
3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini
disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam
melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada
mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI,
2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang disampaikan pada Pertemuan 3.Nasional Program
Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.
0 Komentar